Start From Ordinary Things…

Just what I think..feel and writing about

Fenomena Kesurupan Sebagai Suatu Bentuk Histeria August 16, 2007

Filed under: karya ilmiah — itha @ 12:21 pm

Fenomena kesurupan atau possesion belakang ini marak diperbincangkan dalam berbagai media, khususnya kasus kesurupan masal yang terjadi di berbagai daerah dan sering menimpa para pelajar sekolah, misalnya kasus kesurupan masal di SMU Pangudi Luhur Yogyakarta atau kasus kesurupan yang menimpa para pekerja di pabrik rokok Bentoel. Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang mengalami semacam trance atau kesurupan tanpa disadari.

Dengan kata lain, dirinya menolak dikatakan trance atau kesurupan, misalnya pada waktu mereka sedang mengendarai mobil atau pesawat terbang, nonton TV, nonton sepak bola atau ketika menonton pergelaran musik. Kesurupan atau possesion dan trance, kasusnya banyak dijumpai di negara dunia ketiga. Di India yang kultur dan budayanya mirip Indonesia, kesurupan atau possesion syndrome atau possesion hysterical merupakan bentuk disosiasi yang paling sering ditemukan. Angka kejadiannya kurang lebih 1 – 4% dari populasi umum.

Studi epidemiologi possesion telah dilaporkan berhubungan dengan krisis sosial di masyarakat. Dengan begitu banyaknya pemberitaan mengenai kesurupan kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan fenomena tersebut, di mana fenomena kesurupan sering kali dan bahkan selalu dikaitkan dengan adanya gangguan dari roh-roh halus yang mengambil alih tubuh korban selama beberapa waktu dan membuat korban tidak sadar akan apa yang ia perbuat. Tentunya paham seperti ini merupakan paham tradisional yang ada, diturunkan dan berkembang dalam masyarakat kita.

Kesurupan masal yang belakangan ini sering sekali terjadi sebenarnya pada awalnya merupakan kesurupan individual dan kemudian berubah menjadi masal dikarenakan orang lain yang melihat peristiwa tersebut menjadi tersugesti. Kesurupan individual yang terjadi muncul sebagai reaksi atas apa yang sedang dirasakan oleh individu sebelum proses kesurupan itu terjadi. Kesurupan menurut Dr Dadang Hawari adalah reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi desosiasi. Reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya itu, yang disebabkan adanya tekanan fisik maupun mental.

Tetapi kalau kesurupannya massal, itu melibatkan sugesti. Dissociative trance disorder dapat terjadi secara perorangan atau bersama-sama, saling memengaruhi, dan tidak jarang menimbulkan kepanikan bagi lingkungannya (histeria massa). Bila dalam satu kelompok remaja ada seorang yang mengalami kesurupan, yang lain terutama yang punya risiko kesurupan, akan segera “tertular”. Ini merupakan definisi secara medis. Dunia kedokteran, khususnya psikiatri mengakui fenomena kesurupan sebagai suatu perubahan, tunggal atau episodik, dalam keadaan sadar, yang ditandai oleh penggantian rasa identitas pribadi. Biasanya dengan identitas baru. Bisa oleh suatu roh atau kekuatan. Kejadian kesurupan sering kali terjadi berulang dan kambuh-kambuhan.


Kesurupan dalam pandangan dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, A. Supratiknya, Ph.D merupakan refleksi kegagalan yang sedang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan. Maka pada prakteknya jadi heran kalau kesurupan dikait-kaitkan dengan makhluk halus. Menurut dia, kesurupan bisa dijelaskan secara rasional. Kesurupan adalah gejala kejiwaan.
Kalau sekarang orang cenderung mencari jawaban pada paranormal, lonceng kematian bagi akal sehat sedang berdentang. Menurut pratiknya, kesurupan hanya merefleksi chaos luar biasa di tengah masyarakat. Kalau tekanannya jelas, kasat mata, orang mudah melawannya. Prof.Dr. dr. H.Soewadi, MPH, Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, sepakat. Seperti ditulis harian lokal Kedaulatan Rakyat, dia yakin kesurup­an bukan disebabkan makhluk halus. Soewadi memandang tekanan sosial sebagai biang kesurupan. Banjir, tsunami, gizi buruk, ketidakadilan, upah kecil, santun­an tunai langsung, kesenjangan yang sangat mencolok, disebut Soewadi sebagai faktor penekan.
Kesurupan, menurut ahli jiwa ini adalah gejala gangguan jiwa yang disebut folie a deux, yaitu gejala gangguan jiwa pada seseorang yang diikuti orang lain. Mereka kehilangan kepribadian yang asli. Yang muncul kepribadian yang lain. Jika pernah mendengar dan melihat sesuatu, kemudian masuk dalam alam bawah sadarnya, saat kepribadian dia rapuh, muncul kepribadian lain itu. Rachmad K.Dwi Susilo yang didapuk untuk menjadi pembicara dalam seminar kali ini menyatakan bahwa kesurupan masal adalah salah satu keragaman dalam karakter masyarakat transisi dari agraris ke masyarakat industri. Tidak sedikit pula kebingungan ini menampakkan diri dalam perilaku yang menyimpang. “Masyarakat industri bisa dikatakan juga sebagai kemunculan masyarakat modern dimana menandai berakhirnya kepercayaan masyarakat terhadap mitos. Sementara dari perspektif psikologi, kesurupan sendiri sebenarnya telah menjadi kajian psikologi klinis, terutama psikologi abnormal. Kesurupan dalam psikologi dikenal dengan istilah trans dissosiatif dan trans possession disosiatif. Trans dissosiatif adalah perubahan dalam kesadaran yang bersifat temporer atau hilangnya perasaan identitas diri tanpa kemunculan identitas baru. Sedang trans possession dissosiatif adalah perubahan dalam kesadaran yang dikarakteristikkan dengan penggantian identitas personal yang selama ini ada dengan identitas yang baru.Mengapa Wanita Lebih Berisiko Kesurupan?

Berdasarkan jenis kelamin, perempuan mempunyai risiko lebih besar untuk kesurupan dibandingkan laki-laki. Hal ini terbukti dari kasus-kasus yang terjadi sebagian besar adalah perempuan. Hal ini mungkin karena perempuan lebih sugestible atau lebih mudah dipengaruhi dibandingkan laki-laki. Mereka yang memunyai kepribadian histerikal yang salah satu cirinya sugestible lebih berisiko untuk kesurupan atau juga menjadi korban kejahatan hipnotis. Berdasarkan usia, sebagian besar korban kesurupan berusia remaja dan dewasa muda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mereka yang berisiko untuk kesurupan adalah perempuan usia remaja atau dewasa muda yang mudah dipengaruhi. Selain itu, wanita lebih labil ketimbang pria dan terjadi perubahan dalam jiwanya. Banyak hal bisa menjadi penyebabnya. Antara lain kondisi keluarga, kondisi sekolah, hubungan pertemanan, sosial politik, dan masih banyak lagi.

Gejala-Gejala Kesurupan

Gejala-gejala beberapa waktu sebelum kesurupan antara lain kepala terasa berat, badan dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan ngantuk.

Perubahan ini biasanya masih disadari oleh subjek, tetapi setelah itu ia tiba-tiba tidak mampu mengendalikan dirinya. Melakukan sesuatu di luar kemampuan dan beberapa di antaranya merasakan seperti ada kekuatan di luar yang mengendalikan dirinya.

Mereka yang mengalami kesurupan merasakan bahwa dirinya bukanlah dirinya lagi, tetapi ada suatu kekuatan yang mengendalikan dari luar. Keadaan saat kesurupan ada yang menyadari sepenuhnya, ada yang menyadari sebagian, dan ada pula yang tidak menyadari sama sekali. Dalam keadaan kesurupan korban melakukan gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis, tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas. Saat itu merupakan kesempatan untuk mengekspresikan hal-hal yang terpendam melalui jeritan, teriakan, gerakan menari seperti keadaan hipnotis diri. Setelah itu, fisik mereka dirasa lelah tetapi, mental mereka mendapat kepuasan hebat.

Frigerio menyatakan, ada tiga stadium yang dialami orang kesurupan.

Pertama, irradiation (subjek tetap menyadari dirinya tetapi ada perubahan yang dirasakan pada tubuhnya.

Kedua being diside, subjek berada dalam dua keadaan yang berbeda, namun ada sebagian yang dialaminya disadarinya.

Stadium ketiga disebut stadium incorporation, subjek sepenuhnya dikuasai oleh yang memasukinya dan semua keadaan yang dialami tidak diingatnya.

Kesurupan dapat pula diartikan suatu keadaan seseorang dikuasai oleh roh jahat, yakni yang bersangkutan tidak dapat mengendalikan diri dan merugikan diri sendiri atau orang lain, seperti menyerang atau kena guna-guna. Kepercayaan seperti ini juga banyak dijumpai di hampir semua kultur di Indonesia.


Kesurupan atau possesion dan trance, kasusnya banyak dijumpai di negara dunia ketiga, studi epidemiologi possesion telah dilaporkan berhubungan dengan krisis sosial di masyarakat. Kesurupan menurut Dr Dadang Hawari adalah reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi desosiasi. Reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya itu, yang disebabkan adanya tekanan fisik maupun mental. Tetapi kalau kesurupannya massal, itu melibatkan sugesti. Dissociative trance disorder dapat terjadi secara perorangan atau bersama-sama, saling memengaruhi, dan tidak jarang menimbulkan kepanikan bagi lingkungannya (histeria massa). Dunia kedokteran, khususnya psikiatri mengakui fenomena kesurupan sebagai suatu perubahan, tunggal atau episodik, dalam keadaan sadar, yang ditandai oleh penggantian rasa identitas pribadi. Biasanya dengan identitas baru. Bisa oleh suatu roh atau kekuatan. Kejadian kesurupan sering kali terjadi berulang dan kambuh-kambuhan.Kesurupan adalah gejala kejiwaan. Menurut pratiknya, kesurupan hanya merefleksi chaos luar biasa di tengah masyarakat. Kalau tekanannya jelas, kasat mata, orang mudah melawannya. Kesurupan adalah salah satu keragaman dalam karakter masyarakat transisi dari agraris ke masyarakat industri. Tidak sedikit pula kebingungan ini menampakkan diri dalam perilaku yang menyimpang. Kejadian kesurupan sering kali berulang dan kambuh-kambuhan. Setelah sadar kembali dan tenang baru dapat dilakukan berbagai intervensi misalnya psikoterapi untuk membantu mengatasi masalah atau stres yang melatarbelakanginya.

Kemampuan yang perlu ditingkatkan pada para korban kesurupan adalah mengajar dan melatih korban mengelola stres dan konflik dengan cara yang baik dan benar. Artinya, bila di kemudian hari mengalami stres atau konflik, atau diberi tanggung jawab yang berat, cara penyelesaiannya tidak lagi dengan kesurupan, tetapi dengan cara yang lebih konstruktif. Selain itu, perlu pula meningkatkan toleransi terhadap stres.


 

13 Responses to “Fenomena Kesurupan Sebagai Suatu Bentuk Histeria”

  1. Fadlly Says:

    Bagus… Tapi tolong dibuat versi yang lebih sistematis… Saya tidak bisa melihat latar belakang yang kontras bahwa tema ini perlu… Coba dibuat Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Tinjuan Pustaka, Kesimpulan, dll. agar bukan hanya sekedar menarik (dari judul), tetapi lebih “edukatif”…
    (hail_me666@yahoo.com)

    >>>> Itha says:
    sebenarnya Fadlly, klo aq teruskan sesuai permintaanmu, bisa jadi 1 makalah atau malah jadi skripsi lagi nanti :), lagi pula tulisan ini dibuat hanya untuk menyalurkan pendapat saya saja ketika ‘wabah’ kesurupan melanda negeri qta (ini latar belakangnya), tema ini perlu atau tidak its optional. Mungkin ada yang liat ini ga penting tapi kalo ada yang butuh bahan referensi terkait dengan masalah kesurupan bisa jadi penting 🙂 so I think it’s up to the people who read it and their needs. So sorry I can’t continue ur wishes coz I’m run out off time at my office which make me cant find other references to continue this article. But thanks anyway for ur information… and for leaving a comment in my bloq. It was pleasure to know u 🙂

  2. zala Says:

    Keren…. lumayan buat nambahin makalah psikologi gw tentang kesehatan mental. Sori ya artikelnya dikopi… 😉

  3. yuriadi Says:

    thx bgt buat artikelnya, jadi materi buat skripsiku ni, tapi studi kasus aja. So please kirimin daftar pustakanya dong ke email-ku, it’s so much help thx

  4. itha Says:

    ok… yuriadi, sorry I cant help u with that coz my files for this paper is in my hard disk but unfortunatly my computer is permanently off. so I cant grab the data. but u might add my blog addrss at ur reference… unless u cop-paste all the article :). so sorry I cant help u for this one

  5. yuriadi Says:

    gapapa mbak artikelnya aja dah membantu banget kok

    thx

  6. Hayhay Says:

    hai

  7. Andre Says:

    Mengapa wanita juga mudah dipengaruhi / digoda oleh iklan media massa, gaya hidup konsumerisme, hedonisme, ingin cepat berhasil tanpa kerja keras yang panjang dan melelahkan. Mungkin akan mendapatkan jawaban yang mirip, menimbang latar belakang usia dan jenis kelamin yang labil ini.

  8. adharya Says:

    Bagus mbak terimakasih, tinggal kita ngembangin aja dari artikel ini karena berisi pesan untuk dunia pendidikan kita, khususnya untuk kaum remaja wanita yang sedang mencari jati dirinya. Thanks.

  9. jihan Says:

    thanks ya buat artikelnya..

  10. devin paling QyUtZz Says:

    duh,,thx bgt.dari kemaren susah lho nyari artikel !!

  11. fitriaseptiani Says:

    wow, bagus sekali artikelnya. Saya juga mau bikin karya ilmiah tentang ini. Terimakasih ya.. Tapi bisa ngga minta daftar pustaka nya? terimakasih 🙂

  12. iean Subekti Says:

    Terima kasih mb…
    Menurut say artikel yang mb but ini jelas..
    Jelas dari sumber terpercaya,,jelas dari isinya..
    jelas dari dari maksud n tujuanya,,
    n membuat saya yang orang biasany ini mudah unutk memahaminya..
    terimakasih…….

  13. rae Says:

    kalau yg aku rasain, yang semua orang bilang sebagai “kesurupan” sebenarnya adalah satu episode histeria yang salah dipersepsikan dan ditanggapi dan oleh orang sekitar. tindakan seperti menanyakan dengan kasar, berusaha menyadarkan dengan logika, mengintimidasi untuk melakukan kekerasan, menjatuhkan untuk memperlemah, dan menyembur dengan air dan doa-doa justru menimbulkan efek ketidakseimbangan kejiwaan yang lebih besar pada diri orang yang histeris itu.

    aku pribadi sering mengalami kondisi saat histeria hadir sebagai kompensasi mental yang terguncang dan orang salah bereaksi terhadap hal itu. hal-hal seperti menantang dan bersuara keras tampak seperti tindakan intimidasi yang bagi aku (sebagai orang yang sedang mengalami histeria, saat logika tidak selalu menguasai kesadaran), adalah hal yang layak dilawan dengan kekerasan. tentu saja mudah meringkus orang yang kondisi mentalnya sedang tidak stabil kan? tapi tindakan itu, seperti meringkus, mengerahkan tenaga beramai-ramai untuk melumpuhkan satu orang, dan memegangi apalagi mengucapkan doa-doa bersama-sama dan memaksa orang yang histeria itu untuk mengucapkan doa yang sama, adalah hal yang membuat segalanya lebih buruk. mereka tidak sadar bahwa bagi seorang perempuan, tubuh adalah hal yang besar. secara kultural, perempuan sudah terkondisikan sejak kecil untuk menjaga tubuh sehingga hal itu sudah menjadi hal yang begitu mengakar di alam bawah sadarnya. bayangkan beberapa laki-laki berusaha meringkus seorang perempuan yang mengalami ketidakseimbangan mental, berteriak, dan memaksanya mengucapkan kata-kata yang saat itu sedang tidak ingin dia ucapkan. Itu mungkin doa, tapi bagi orang yang sedang mereka piting, itu keluar dari orang yang sedang mengancam keselamatannya. manusia punya insting defensif alamiah, pada kondisi seperti itu, insting selalu lebih maju ketimbang akal sehat kan? itu hal yang tidak hanya mengerikan, tetapi juga membuat image mengenai Tuhan di dalam jiwa orang itu hancur berantakan. Ia mungkin beriman, tapi bayangkan kata yang berhubungan dengan iman itu dipaksakan oleh orang-orang yang mengancam dirinya? apa mereka sadar mereka mungkin tak hanya meninggalkan trauma, lebih lagi membuat Tuhan nampak begitu buruk di mata orang itu?


Leave a reply to itha Cancel reply